Share buku baca'an islami yang keren

Share buku baca'an islami yang keren

bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum,

Kali ini saya mau share tentang buku bacaan islami nih. Sebelumnya saya ingin bertanya, sudah berapa banyakkah buku bacaan islami milik anda? Atau mungkin bagi yang sudah punya, apakah sudah anda baca semua? Hmm.. Bagi yang menjawab TIDAK! Baik itu yg tidak punya, maupun tidak mau membaca, semoga artikel ini dapat memberi sedikit solusi.

Sebagian besar kita, terutama anak muda mungkin mengeluhkan buku baca’an yang terlalu ‘berat’. Baik dari segi bahasanya, bahasan di dalamnya atau penyajiannya yang terasa menjenuhkan (sebenarnya tidak menjenuhkan jika kita punya semangat yang kuat untuk mempelajari agama) ada juga mungkin keluhan yang tidak pas lainnya.

Don’t worry be happy my friend. Saat ini sudah banyak kok para penulis islam yang sudah mengadaptasi bukunya untuk golongan2 masyarakat seperti kita yang butuh baca’an dengan penyajian ringan tapi memiliki memiliki ilmu yang luas.

Berikut saya pilihkan sedikit buku2 baca’an islami menarik yang berbobot dan mudah didapatkan di toko buku-toko buku dan gramedia terdekat.

1. Buku: Mutiara Hikmah2
Penulis: Syaiful Hadi El-sutha
Penerbit: Erlangga

2. Buku : Cinta Rasul kok gitu?
Penulis: Ust Subki Al-Bughury
Penerbit: Al-mawardi Prima

3. Buku: Bikin belajar selezat coklat
Penulis: Muhammad Fatan Ariful Ulum (fatan fantastic) dan Dinda Denis Prawitasandhi Putrantya (dinda Denniz)
Penerbit: Book magz Pro-U Media
*top quality/best seller

4. Buku: 100% Dakwah keren
Penulis: Shofwan Al-banna
Penerbit: Book Magz Pro-U Media

5. Buku: Bimbingan Nabi untuk Mengatasi 101 masalah
Penulis: Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag. Dan Nur Kholis, M.Ag.,
Penerbit: Mizania

6. Buku: Cara asyik biar pintar
Penulis: Gina Al ilmi dan ILNA learning Center
Penerbit: Syaamil

Buku2 tersebut di atas sebagian besar sudah saya miliki (yang dua lagi cuma minjem hehe). Dan ilmunya alhamdulillah bermanfaat. Buku baca’an ini saya jamin insyaAllah sangat menarik untuk dibaca jika anda punya keinginan mempelajari islam dengan lebih dalam.

Segini dulu deh, ntar kalau ketemu buku lain yang bagus insyaAllah bakal saya share lagi
Wassalam :)

Orang-orang yang menjual status Ikhwan/akhwat-nya

Orang-orang yang menjual status Ikhwan/akhwat-nya

bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum..

Alhamdulillah saya kembali diberi kesempatan oleh Allah swt untuk tetap hidup dan menambah catatan amal saya yang masih sedikit, dan alhamdulillah juga saya diberi kesempatan untuk kembali share tentang fikiran saya di sini

Baiklah saya disini akan membahas tentang fenomena penyelewengan2 terhadap dunia dakwah, dalam hal ini lebih saya titik beratkan kepada mereka yg memanfa’atkan status keikhwanannya untuk mendekati akhwat dan juga sebaliknya.

Selama masa saya masuk dalam dunia aktivis islam banyak sekali saya temui penyelewengan2 di lakukan oleh beberapa oknum, seyogianya orang2 yang melakukan penyelewengan tersebut tidak lagi layak disebut aktivis islam, karena mereka sendiri telah melanggar hukum islam yang jelas2 tersebut dalam surah Al-Isra’ : 32 tentang larangan mendekati zina. Dan memang rata2 yg melakukan penyelewengan tersebut adalah mantan aktivis yang sudah lepas dari barisan dakwah dan tidak mengikuti pengajian lagi, namun mereka masih berpenampilan masih seperti ikhwan/akhwat untuk kepentingan TePe-TePe (baca: tebar pesona). Meski begitu ternyata banyak juga yang masih mengikuti pengajian namun sudah menyeleweng, hal ini mungkin dikarenakan belum mampunya orang itu mengaplikasikan ilmunya, atau bahkan ilmu yang ia terima selama ini di pengajian tidak ia pahami. Ada juga yang masih aktif beraksi sampai ikut aksi2 di jalanan namun ternyata karena niat lain hmm...

Tak jarang si ‘ikhwan’ dan si ‘akhwat’ akhirnya berpacaran. ironisnya mereka dengan seenaknya dan tanpa ilmu mengklaim sebagai pacaran islami (pacaran islami hanyalah pacaran setelah ijab kabul). padahal walaupun mereka saling berpandangan atau bahkan berpegangan sambil istighfar sekalipun, ya tetap saja mereka telah mendekati zina. Ingatlah, perbuatan zina adalah perbuatan yang sangat keji, sehingga untuk mendekatinyapun tidak boleh (saya anjurkan untuk cek langsung di Al-qur’an surat Al-Isra’ ayat 32 biar lebih yakin)

Fenomena terbaru saya perhatikan di media jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Di sana saya menyaksikan bagaimana seorang akhwat memajang foto dirinya di akun facebooknya kemudian dikomentari oleh para ‘ikhwan’ dengan kata pujian-pujian gombal yang dibalut nuansa islami, seperti “masyaAllah cantiknya”, atau “wah, ukhti cantik sekali”. Dan ironisnya sang akhwat justru menanggapi dengan ‘imut’ komentar2 tersebut, seperti “syukron y”, atau “makasih y akhi :) “. Naudzubillah, Apakah layak hal2 seperti ini dilakukan oleh orang2 yang telah ditarbiah? Ini kan sama saja sebenarnya dengan yang dilakukan oleh orang2 yang punya ritual khusus di malam minggu dan yang suka sekali dengan area remang2. Hanya topeng kalimat toyyibah yang membedakan sedikit gayanya. (mengenai hal yang bersinggungan dengan social network ini insyaAllah akan saya bahas di posting berikutnya)

Boleh saja memajang foto asli di media jejaring sosial untuk memperjelas identitas diri, namun sebaiknya foto yang di pajang tidak terlalu menampilkan perhiasan dan keindahan diri yang mengundang syahwat. Untuk aktivis islam tentunya kita harus menjauhi sejauh2nya hal yang dilarang Allah, oleh karena itu lebih baik di pajang foto yang tidak terlalu jelas menampilkan sosok diri. Bahkan ada yang berpendapat sebaikknya yang dipajang adalah gambar benda mati, hal ini di rujuk oleh hadits tentang larangan menggambar gambar makhluk hidup.
(Untuk hal hadits ini ada baiknya ditanyakan lagi kepada ulama fiqih, karena pada saat ini foto sangat diperlukan untuk memperjelas identitas, berbeda dengan masyarakat jahiliah yang suka menyembah gambar/patung bersosok makhluk hidup)
Penggunaan kalimat toyyibah untuk hal2 yang dilarang Allah jangan dikira akan mengurangi dosa, bahkan justru menambah dosanya. Hal ini sama saja dengan seorang rampok yg baca basmalah sebelum beraksi, atau pemabuk yang baca do’a sebelum makan sebelum minum miras. Ya dosanya akan berkali-kali lipat.

Memang sulit di era modern ini untuk tidak berinteraksi banyak dengan lawan jenis yang bukan mahram (kata umum: muhrim) terlebih dengan teman satu kelas atau rekan kerja. Saya sendiri tidak memungkiri masih ada interaksi2 dengan yg bukan mahram walaupun saya sudah berusaha untuk meminimalisirnya, saya bahkan juga masih suka mengomentari status akhwat di jejaring sosial, tapi saya melakukannya jika dirasa perlu atau mengandung ilmu yang dapat di serap. Saya rasa hal ini boleh saja kita lakukan asal sesuai dengan batas2 yang telah ditentukan dan tidak mengandung hal2 yang berpotensi memancing syahwat seperti halnya gombalan tadi.

Untuk para aktivis rasanya lebih baik untuk kita tidak mengenal satu sama lain antara ikhwan dengan akhwat. Cukuplah pada saat ada event yang membutuhkan kerjasama tim antara ikhwan dan akwat itu saja kita saling berkomunikasi dan mengenal, dengan catatan seperti tadi: Seperlunya dan tidak mengandung syahwat. Faktanya yang saya lihat seperti junior2 saya yang terlampau intensif berkomunikasi dengan akhwat membuat tidak jelasnya hijab antara mereka. Bahkan mereka tidak ada rasa malu lagi mengungkapkan rasa cinta dan memperlihatkan status pacaran secara terang2an. Inilah bahayanya zina, ketika kita mendekati sedikit saja, kita akan terseret semakin jauh ke dalam. Ibarat kolam yang bibir kolamnya licin, berjalan saja kita di tepinya, pasti kita akan terpeleset masuk ke dalam.

Semoga kita diberi kekuatan untuk mengendalikan syahwat kita dan menjauhi yang namanya zina

Wallahu 'alam bishawab
Cinta di masa muda

Cinta di masa muda

bismillahirahmanirahim
 
Ah cinta masa muda, pengaruhnya sangat luar biasa, ia dapat mengubah orang biasa menjadi orang gila. Cinta dapat mengubah orang yang jarang berkata menjadi pujangga. Untuk cinta orang dapat mengorbankan segalanya.

Begitulah sedikit gambaran dari efek cinta, terlebih cinta yang hadir di masa muda. Sayangnya, entah karena terlalu dini mengenal kata cinta. Banyak anak muda yang tidak kenal hakikat cinta. Mereka cenderung tak mampu membedakan rasa cinta dengan nafsu atau kekaguman semata. Kalau saya boleh berhipotesis sedikit, pergeseran makna cinta dan tata krama soal cinta ini ada hubungannya dengan ghowzul fikri yang dilancarkan oleh media barat. Pada masa penjajahan Belanda, mereka seringkali mendirikan bioskop berdekatan dengan masjid, di dalam bioskop itu banyak diputar film2 dengan cerita yang merusak. Lihat saja salah satu film pertama yang diproduksi Indonesia yang bercerita mengenai anak yang dipaksa menikah oleh orangtuanya kemudian ia kawin lari, cerita dengan inti yang hampir sama terus menerus ‘disuntikkan’ hingga zaman sinetron seperti sekarang. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Film2 itu juga seperti mendorong para pemuda untuk menabrak tata krama dengan kawin lari dll, ditambah dorongan untuk durhaka. Dalam islam sendiri wanita boleh menolak dijodohkan. Ops, tapi dalam artikel ini kita tidak membahas mengenai ghowzul fikri itu, kita akan membahas bagaimana interpretasi dan bagaimana mengaplikasikan cinta dalam islam.

Banyak nyanyian gombal yang menyatakan bahwa cintanya abadi, padahal cinta tidaklah abadi. Saat kita menjadi kakek-nenek nanti yang ada hanyalah kasih sayang. Perbedaannya dengan cinta adalah, tidak dapat kita pungkiri kita jatuh cinta pada seseorang terutama dikarenakan oleh fisiknya atau tindakannya baik yang berupa akhlak maupun keluasan ilmunya dan satu lagi adalah materi. Sementara kasih sayang cenderung tak bersyarat, seperti rasa kasih kita pada sesama yang terkena bencana tidak peduli mereka buruk maupun rupawan. Rasa cinta membuat kita tidak mau melepaskan sesuatu yang kita cintai itu, sementara kasih sayang membuat kita relakan apapun asal yang kita kasihi bahagia termasuk dengan melepaskannya. Saat kita sudah tua dan tidak berdaya tidak ada lagi alasan untuk saling mencinta. Benar2 rasa kasih sayanglah yg menyatukan kita sampai mati.

Namun rasa kasih sayang pada sesama juga tidak selamanya abadi, setidaknya sampai hari kiamat.
Satu hujjah yang paling kuat tentang ketidakabadian cinta adalah ayat tentang saat terjadi huru-hara di hari kiamat, saat itu ibu2 tidak lagi memperdulikan anak-anaknya, saat teman karib sudah melupakan kawan2nya. Semua hubungan telah terputus. Yang ada hanyalah kata nafsi (diriku) yaitu cinta pada diri sendiri. Ya ada pengecualian untuk cinta abadi. Yaitu cinta pada nasib diri sendiri di akhirat dan cinta yang tulus karena Allah semata yang akan mendapatkan tempat yang indah di al-a’raaf di surga.
Berangkat ke point ke-2 yaitu pengaplikasian cinta,

Cinta sebenarnya bisa ditumbuhkan, tanpa harus melewati proses yang bertele2 lewat pacaran, tunangan dll.
Proses pacaran adalah omong kosong terbesar yang pernah saya dengar. Dengan kata2 yang mengatakan ‘cinta kita akan abadi selamanya’ , ‘hatiku selamanya milikmu’, atau ‘ belahlah dadaku’ ini yang bahaya, kalau kebetulan ceweknya lagi bawa kampak, bisa dimutilasi ente :-D pada kenyataannya pacaran hanya mengedepankan nafsu birahi, pacaran bukan cara menyeleksi calon suami/istri yang efektif karena yang diperlihatkan hanya sisi baiknya saja, kita tidak dapat melihat sisi kekurangannya sepenuhnya karena tidak bisa 24 jam bersamanya. Sms-an atau contack via HP rentan pembohongan.

Untuk tunangan, ini gantung namanya, gak penting sma sekali.

Ada beberapa cara yang lebih baik ditempuh untuk ini. Kita dapat menyeleksi melalui proposal yang menyertakan hal yang selengkap-lengkapnya tentang diri kita. Kita dapat bertukar proposal dengan calon yang direferensikan atau melalui biro jodoh yang islami.

Cara lain dengan memilih orang ketiga yang merupakan mahram kita (kata umumnya: muhrim kita) yang dapat memantau perilaku sang calon.

Kalau untuk kata ta’aruf banyak yang menyelewengkan sehingga jadi mirip dengan pacaran, atau PDKT, TTM de el el.. Proses ta’aruf dilangsungkan jika segalanya sudah hampir pasti, dilangsungkan dengan tempo yang sesingkat-singkatnya, dan seperlunya saja.

Hal2 tersebut dilakukan agar terhindar dari kontak langsung yang bisa mendekati zina, seperti pada ayatnya la tahrobu zina : jangan dekati zina (mendekati saja tidak boleh, apalagi melakukan. Karena zina adalah perbuatan yang keji. Bisa dibaca di artikel saya sebelum yang ini).

Nah setelah cocok, tentu kita tidak akan langsung cinta. Cinta itu akan tumbuh bersama rasa kasih sayang ketika kita sudah menjalaninya.

Catatan terakhir, jika anda merasa cinta namun nelum mampu menikah, rasulullah saw menganjurkan kita berpuasa dan atau mengerjakan hal2 lain yang menyibukkan kita sehingga tidak sempat memikirkan jodoh (nah kalau urusan kesibukan, kalau bisa kerja, biar sambil nabung hehe :-D )

Cara lain juga diangkat beberapa penulis islam baru-baru ini, yaitu Pacaran sesudah nikah. Ya, kita bisa menghalalkan terlebih dahulu hubungan kita, baru kemudian menjalani sebagaimana orang biasa pacaran. Bahkan gak perlu masuk tempat remang2. Dalam proses ini kita bisa menunda melakukan hubungan suami-istri hingga benar2 siap. Memang cara ini agak menabrak kelaziman yang ada, namun cara ini lebih baik jika kita memang lebih takut kepada Allah swt dibanding rasa takut diomongkan oleh orang2 pengghibah. Satu hal tambahan juga, kita harus mengundang kenalan kita sebanyak2nya. tidak usah malu, ini untuk menghindari fitnah dan prasangka buruk dari orang lain, selain untuk meminta do’a restu tentunya.
Proses yang sesuai syariat akan membawa kita kepada cinta karena Allah swt, cinta karena ingin beribadah. Cinta yang abadi yang membuat para penduduk surga lainnya iri. Semoga kita termasuk orang-orang yang saling cinta karena Allah semata.

*Let’s listening Maidany: cinta dalam cinta dan ‘jangan jatuh cinta’

Wallahu a’lam

By: Fauzil Hasdi
Memiliki keturunan dengan cara manusia

Memiliki keturunan dengan cara manusia

bismillahirahmanirahim

Pernahkah anda merasa tertarik pada lawan jenis? Bagi yang sudah dewasa tentu pernah, kalaupun ada yang tidak merasa tertarik (homo/gay/lesbi) hal itu lebih dikarenakan pengaruh lingkungan, rasa trauma atau kesalahan pendidikan dari orang tua yg terkadang ada yang mendidik anak lelaki seperti mendidik anak perempuan atau sebaliknya.
Rasa ketertarikan ini merupakan fitrah bagi seluruh umat manusia yang dengannya kita dapat terus menjaga keberlangsungan peradaban umat manusia dengan selalu melahirkan generasi baru yang akan melanjutkan kehidupan. Namun fungsi utama ini bukan berarti kita bisa sembarangan menghasilkan keturunan sebanyak-banyaknya dan melakukannya kepada siapa saja. Di sini lah batasan yang membedakan manusia dengan binatang dari segi pertambahan keturunan. Bukankah binatang juga melakukan hal yang sama dengan tujuan yang sama? Perbedaan di sisi manusia terletak pada fungsinya yang lebih kompleks dan tata caranya yang sudah diatur dengan akal dan tata krama, bukan hanya sekedar mengikuti insting sebagaimana binatang.
Fungsi kompleks dari pelahiran keturunan tersebut berkaitan erat dengan urusan akhirat, ya dengan melahirkan anak kita dituntut untuk mendidiknya menjadi anak yang sholeh dan cerdas yang dapat membantu mendoakan kita kelak saat sudah meninggalkan dunia ini, kecerdasannya juga berguna bagi si anak untuk melanjutkan kehidupannya kelak. Selain itu anak juga bisa menjadi pelipur lara, penghapus kepenatan sehabis bekerja, menambah warna dalam rumah tangga dan menambah rezeki juga.
Untuk dapat memperoleh keturunan juga tidak bisa sembarangan, ada prosedurnya. Yaitu kita harus terlebih dahulu melakukan ikatan yang sah melalui pernikahan. hal ini penting untuk menjamin agar sang orang tua baik salah satu maupun keduannya tidak seenaknya menelantarkan sang anak. Juga untuk menjamin penghidupan sang anak baik dari sisi materi, kasih sayang maupun pendidikan. Hal ini banyak disepelekan oleh banyak kaum non-muslim sehingga peradaban mereka kurang memandang rasa kekeluargaan dan tidak sedikit juga yang tidak memiliki tata krama.
Hubungan pernikahan juga mempermudah pencarian nasab sang anak sehingga ia mengenal semua keluarganya dan terhindar dari kemungkinan melakukan pernikahan sedarah.
Satu catatan, bahwa anak hasil zina tidak memiliki hubungan nasab apapun dengan ayah biologisnya, nasabnya tersambung ke keluarga ibu, selain itu jika anaknya perempuan maka sang ayah biologis tidak berhak menjadi walinya di pernikahan.
Jika pernikahan belum juga menghasilkan anak, banyak ikhtiar yang dapat dijalani. yang terutama tentu saja berdo’a dengan khusyuk dan tekun, menjaga kesehatan termasuk kesehatan organ vital, memelihara anak yatim, bersedekah, sampai dengan cara yang kehalalannya masih diperdebatkan oleh para ulama seperti bayi tabung dll.
Mengenai tata cara membesarkan anak juga sudah diatur dengan baik dalam islam, mulai dari batasan waktu menyapih, cara mendidik agar tidak meninggalkan sholat, sampai urusan pendidikan anak mengenai akhlak dan ilmu lainnya.

Jadi, marilah kita hidup dan berkembang dengan ‘cara manusia’

Wallahu a’lam